Sabtu, 17 Maret 2012

Masa Kependudukan Hindia Belanda vs Masa Kependudukan Jepang




Runtuhnya Hindia Belanda ditandai dengan penyerahan tanpa syarat Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda, Letnan Jendral H. Ter Poorten, kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jendral Hitoshi Imamura. 

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati ini menjadi tanda periode baru bagi Indonesia, yaitu periode pendudukan Jepang. Tulisan ini akan membandingkan masa kependudukan Hindia Belanda dengan masa kependudukan Jepang. 
Perbandingan ini ditilik dari berbagai sisi, seperti tujuan, kebijakan, serta reaksi bangsa Indonesia terhadap masing-masing negara tersebut.
Jika dilihat dari tujuan kedatangan Jepang ke Indonesia, tidak banyak perbedaan dengan Belanda. Sama halnya dengan Belanda, Jepang hendak menguasai Indonesia untuk memperoleh bahan baku yang akan digunakan untuk kepentingan industri dan pasar untuk hasil industrinya. Untuk itulah penguasaan atas Indonesia menjadi sangat penting. Ditambah lagi posisi Indonesia yang cukup strategi untuk menjadi pangkalan militer Jepang dalam rangka mewujudkan ambisi Jepang untuk menguasai seluruh Asia.
Perbedaan paling mencolok antara kedua negara tersebut adalah dalam sistem pemerintahan. Pada zaman kependudukan Hindia Belanda hanya terdapat satu pemerintahan sipil. Hal ini berbeda dengan zaman kependudukan Jepang yang memiliki tiga pemerintahan militer pendudukan, yaitu
1.      Pemerintahan militer Angkatan Darat di bawah pemerintahan tentara ke-25. Pemerintahan ini mencakup Sumatra dengan pusatnya di Bukit Tinggi.
2.      Pemerintahan militer Angkatan Darat di bawah pemerintahan tentara ke-16. Pemerintahan ini mencakup Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta
3.      Pemerintahan militer Angkatan laut di bawah pemerintahan armada selatan ke-2. Pemerintahan ini mencakup wilayah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya di Makassar.
Perbedaan sistem pemerintahan antara Hindia Belanda dan Jepang mempengaruhi kebijakan yang berlaku di Indonesia. Selain perbedaan sistem pemerintahan, terdapat pula kebijakan yang cukup berbeda antara kedua negara penjajah ini. Perbedaan ini dapat dilihat dengan adanya kebijakan Jepang untuk pelarangan pengunaan bahasa Belanda yang pada zaman Hindia Belanda justru digunakan sebagai bahasa utama. Kebijakan yang dilakukan Jepang ini dapat dikatakan cukup banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan tidak cukup waktu untuk mengajarkan bahasa Jepang apabila bahasa ini digunakan sebagai bahasa utama. Oleh karena itu, bahasa Indonesia pun dijadikan bahasa utama pada masa kependudukan Jepang.
Berbagai usaha dilakukan rakyat Indonesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan Hindia Belanda. Reaksi berbeda terlihat dari bangsa Indonesia saat menyambut kedatangan balatentara Jepang. Kedatangan Jepang disambut dengan perasaan suka cita karena dianggap akan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda sesuai Ramalan Joyoboyo. Ditambah lagi Jepang sangat pintar mengambil hati rakyat Indonesia dengan mengaku sebagai ‘’saudara tua’’ bangsa Asia serta melalui Gerakan Tiga A yang diketuai oleh Mr. Syariffudin.
Jika mencoba membandingkan negara mana yang lebih baik antara Jepang dengan Hindia Belanda, jawabannya tentu tidak ada. Keduanya sama-sama bertujuan untuk menguasai Indonesia. Hal tersebut disebabkan penjajahan, biar siapapun negara yang menjajah dan bagaimanapun bentuknya, tetap menimbulkan kesengsaraan bagi Negara Indonesia.

Oleh Vini Anisya Nofiani
           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar